Jakarta (ANTARA) – Lebaran Idul Fitri menjadi momen yang penuh kebahagiaan dan kehangatan, di mana keluarga, sahabat, kerabat, dan tetangga saling bermaafan serta mempererat tali silaturahim.
Tradisi ini sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, baik melalui kunjungan langsung maupun komunikasi jarak jauh. Namun, agar silaturahim tetap berkesan dan bermakna, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan.
Mulai dari niat silahturahmi, menjaga sopan santun dalam berbicara, hingga memahami batasan dalam bertamu, semua itu menjadi kunci agar suasana Idul Fitri tetap harmonis dan penuh kedamaian.
Baca juga: Jelang Lebaran, simak cara silaturahmi lewat dunia digital
Hadis bersilaturahmi pada Hari Raya Idul Fitri.
Pada kitab Fathul Bari Jilid II halaman 516, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa para sahabat Nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan untuk saling mengunjungi dan bersilaturahmi pada Hari Raya Idul Fitri.
Dalam pertemuan tersebut, mereka saling mendoakan agar amal ibadah yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Tradisi ini menjadi sarana untuk mempererat ukhuwah Islamiyah serta menumbuhkan rasa saling peduli dan kasih sayang di antara sesama Muslim.
Sebagaimana diriwayatkan:
وعن جبير بن نفير ، قال : كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك . قال ابن حجر : إسناده حسن .
Wa ‘an Jubair bin Nufair, qāla: Kâna ashḥâbun nabiyyi ṣallallâhu ‘alayhi wa sallam idzâ iltaqaw yawmal-‘îd yaqûlu ba‘dhuhum liba‘dhin, tuqubbila minnâ wa minka. Qâla Ibnu Hajar: Isnâduhu ḥasan.
Artinya: Dari Jabir bin Nufair, dia berkata: “Para sahabat Nabi saw ketika bertemu pada hari raya, mereka saling berkata, ‘Semoga diterima amal ibadah dari kami dan dari kalian.’” [Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari, Jilid II, [Beirut; Darul Ma’rifah, tt], halaman 516]
Dengan demikian, silaturahmi menjadi momen penting untuk mempererat hubungan persaudaraan dan menjaga keharmonisan antar individu. Oleh karena itu, memahami etika dalam bersilaturahmi sangatlah penting agar suasana yang tercipta tetap hangat, penuh berkah, dan bermakna.
Baca juga: Tips silaturahmi online saat Lebaran
Etika yang dianjurkan saat bersilahturahmi dan bertamu dalam Islam
Silaturahmi merupakan bagian dari ajaran Islam yang memiliki banyak keutamaan. Selain mempererat hubungan antarsesama, silaturahmi juga menjadi sarana untuk saling mendoakan dan berbagi kebahagiaan. Agar silaturahmi berjalan dengan baik dan penuh berkah, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan, melansir situs Nu online dan berbagai sumber lainnya:
1. Niat silaturahmi
Niat adalah hal yang mendasari setiap perbuatan. Rasulullah SAW menegaskan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Oleh karena itu, sebelum bersilaturahmi, niatkan dalam hati dengan tulus untuk menyambung hubungan, mempererat ikatan persaudaraan sesama Muslim, serta memberikan kebahagiaan kepada orang yang dikunjungi.
2. Memperhatikan waktu bertamu
Saat berkunjung ke rumah orang lain, penting untuk memilih waktu yang tepat. Hindari bertamu saat tuan rumah sedang beristirahat atau baru pulang dari bepergian agar tidak mengganggu kenyamanan mereka.
3. Tidak terburu-buru dan tidak terlalu lama
Dalam bersilaturahmi, hendaknya tidak terlalu singkat sehingga terkesan terburu-buru, tetapi juga tidak terlalu lama agar tidak merepotkan tuan rumah. Rasulullah SAW menganjurkan bahwa jika harus menginap, sebaiknya tidak lebih dari tiga hari, kecuali memang diminta oleh tuan rumah.
4. Membahagiakan tuan rumah dan membawa bingkisan
Membawa bingkisan atau buah tangan saat bertamu merupakan salah satu cara untuk menyenangkan tuan rumah, baik berupa makanan, hadiah kecil, atau sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Namun, hal ini bukanlah suatu kewajiban, melainkan sekadar bentuk perhatian yang dapat mempererat hubungan.
Baca juga: Tradisi “Pasiar” di Kabupaten Donggala saat Lebaran ajang silaturahmi
5. Menjaga sopan santun
Sopan santun adalah kunci dalam membangun hubungan yang harmonis. Dalam silaturahmi, baik dalam pertemuan keluarga, reuni, maupun acara sosial lainnya, penting untuk menjaga tutur kata dan perilaku agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
Al-Quran menegaskan pentingnya berbicara dengan baik, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 83:
وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا
Wa qûlû lin-nâsi husnâ.
Artinya: “Bertutur katalah yang baik kepada manusia.”
6. Saling memaafkan saat silaturahmi
Dalam setiap hubungan sosial, kesalahan adalah hal yang wajar terjadi. Oleh karena itu, momen Lebaran menjadi kesempatan yang tepat untuk saling memaafkan atas segala khilaf, baik yang disengaja maupun tidak.
Mintalah maaf dengan tulus kepada orang-orang yang mungkin telah disakiti, serta berikan maaf dengan ikhlas kepada mereka yang meminta maaf kepada kita. Dengan saling memaafkan, hati menjadi lebih tenang, dan hubungan pun semakin harmonis.
Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 134 menyebutkan bahwa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang mampu mengendalikan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Alladzîna yunfiqûna fîs-sarrâ’i wadh-dharrâ’i wal-kâzhimînal-ghayzha wal-‘âfîna ‘anin-nâs, wallâhu yuhibbûl-muhsinîn.
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Momen Lebaran adalah kesempatan berharga untuk membuka lembaran baru dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan. Dengan menerapkan etika silaturahmi yang baik, hubungan antarsesama akan semakin erat dan diberkahi oleh Allah SWT.
Baca juga: Sederet makna Lebaran yang khas dalam perayaan Idul Fitri
Baca juga: Cara meminta maaf saat Lebaran Idul Fitri, dengan tulus dan ikhlas
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025