Jakarta (ANTARA) – Memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, umat Islam berbondong-bondong melakukan i’tikaf, ibadah sunnah muakkad (sangat dianjurkan) yang memiliki banyak keutamaan.
Namun, untuk menjalankan i’tikaf dengan khusyuk dan sah, terdapat beberapa hal yang dilarang dan dibolehkan. Hal ini perlu dipahami oleh setiap mu’takif (orang yang beritikaf).
Pengertian dan keutamaan i’tikaf
I’tikaf merupakan amalan sunnah yang dilakukan dengan cara berdiam diri di masjid atau tempat ibadah lainnya, dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengikuti kebiasaan Rasulullah SAW, dan mendapatkan Lailatul Qadar.
Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk melaksanakan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, terutama untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam sebuah hadits dari Abu Said Al-Khudri, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya ia (Lailatul Qadar) berada di sepuluh akhir. Siapa di antara kalian yang ingin beri’tikaf, maka beri’tikaflah (pada sepuluh akhir).” (HR. Muslim).
Baca juga: Masjid Istiqlal tidak akan gelar kegiatan itikaf
Hal-hal yang dilarang saat I’tikaf
Meskipun i’tikaf adalah ibadah yang sangat dianjurkan, terdapat beberapa hal yang harus dihindari agar ibadah kita tetap sah dan tidak batal. Berikut adalah hal-hal yang dilarang saat itikaf:
1. Keluar dari masjid tanpa udzur
Seorang mu’takif tidak boleh keluar dari masjid tanpa alasan, kecuali keadaan darurat atau kebutuhan mendesak. Contohnya, jika masjid dalam keadaan bahaya, orangtua meninggal dunia, buang air kecil dan besar, diperbolehkan saja tetapi harus segara kembali untuk melanjutkan i’tikaf.
2. Melakukan hubungan suami istri
Melakukan jimak atau hubungan suami istri selama i’tikaf adalah hal yang dilarang (haram) dan dapat membatalkan ibadah. Hal ini dikarenakan, bersyahwat atau saat laki-laki mengeluarkan sperma, sudah membatalkan i’tikaf.
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Janganlah kalian campuri istri-istri kalian, sedang kalian sedang beri’tikaf dalam masjid.” (QS. Al Baqarah: 187).
3. Memutuskan niat
Jika seseorang memutuskan niat untuk beritikaf, maka ibadahnya dianggap batal. Niat adalah bagian penting dari setiap ibadah dalam Islam.
4. Murtad
Jika seorang mu’takif berpaling atau keluar dari agama Islam (murtad), maka otomatis ibadah i’tikafnya juga batal.
5. Mabuk dan gila
Keadaan mabuk atau hilang akal juga dapat membatalkan i’tikaf. Seorang mu’takif harus dalam keadaan sadar dan mampu membedakan antara yang baik dan buruk.
6. Keluar haid atau nifas
Salah satu syarat sah i’tikaf adalah dalam keadaan suci dari hadas besar, termasuk haid dan nifas. Jika seseorang mengalami haid atau nifas saat sedang i’tikaf, maka ibadahnya tidak lagi sah dan dilarang melakukan i’tikaf.
Baca juga: Bolehkah istri bertemu suami saat itikaf? Ini jawabannya
Hal-hal yang dibolehkan saat itikaf
Selain hal-hal yang dilarang, ada aktivitas yang diperbolehkan selama i’tikaf. Berikut ini adalah beberapa hal yang boleh dilakukan:
1. Tidur
Mu’takif diperbolehkan tidur selama itikaf. Tidur tidak membatalkan ibadah, asalkan tidak mengganggu konsentrasi dalam beribadah atau jamaah lainnya yang sedang beribadah.
2. Membaca Al-Quran
Salah satu aktivitas utama saat itikaf adalah membaca Al-Quran. Ini merupakan waktu yang tepat untuk memperbanyak bacaan Al-Quran, merenungkan maknanya, bahkan mengkhatamkan Al-Quran.
3. Berdoa dan berdzikir
Memperbanyak doa dan dzikir merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan selama i’tikaf. Waktu ini menjadi mustajab untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya.
4. Shalat sunnah
Melaksanakan shalat sunnah seperti tahajud dan shalat malam lainnya sangat dianjurkan selama beri’tikaf.
5. Makan dan minum di masjid
Selama berdiam diri di masjid untuk ber’itikaf, terkadang perut dan tenggorokan akan merasakan lapar dan haus. Sehingga makan dan minum diperbolehkan, asalkan tetap menjaga kebersihan masjid dan tidak buang sampah sembarangan.
6. Membersihkan dan merapikan rambut
Orang yang beri’tikaf diperbolehkan untuk menjaga kebersihan diri, seperti mencuci kepala, menyisir rambut, memakai wewangian, mandi, dan bercukur. Bagi yang berambut tebal, disunnahkan untuk merawat dan menyisirnya.
7. Bertemu suami atau istri
Suami dan istri boleh bertemu selama i’tikaf, seperti berbicara, memandang, atau mengantarkan makanan. Namun, dengan batasan tidak adanya syahwat.
Baca juga: Asal mula dan sejarah itikaf dalam ajaran Islam
Tata cara melaksanakan I’tikaf
Untuk melaksanakan i’tikaf dengan baik, berikut adalah tata cara yang dapat dilakukan oleh mu’takif:
1. Niat Itikaf: Sebelum memulai i’tikaf, wajib untuk membaca niat dengan ikhlas agar ibadah ini diterima oleh Allah SWT.
Bacaan niat i’tikaf
Nawaitul Iktikafa fii haadzal masjidi sunnatan lillahi ta ala
Artinya: “Aku berniat Iktikaf di masjid ini, sunah karena Allah ta’ala.”
2. Memilih tempat i’tikaf: Pilihlah masjid atau tempat ibadah yang tenang dan kondusif untuk berdiam diri beribadah.
3. Menjaga kebersihan: Jagalah area tempat i’tikaf selalu dalam keadaan bersih dan rapih, agar suci dan nyaman digunakan untuk beribadah.
4. Menghindari hal-hal terlarang: Selama menjalankan i’tikaf, hindari segala hal yang dapat membatalkan ibadah seperti yang disebutkan sebelumnya.
5. Memperbanyak ibadah: Fokuslah untuk memperbanyak ibadah seperti shalat sunnah dan wajib, membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, dan bersedekah.
Itikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keberkahan malam Lailatul Qadar.
Dengan memahami hal-hal yang dilarang dan dibolehkan saat i’tikaf, setiap mu’takif dapat menjalankan ibadah ini dengan penuh keikhlasan dan khusyuk.
Baca juga: Cerita penantian di pengujung Ramadhan dari sudut Istiqlal
Baca juga: Amalan doa sapu jagat: Bacaan, Keutamaan, dan waktu mengamalkannya
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025