Jakarta (ANTARA) – Bulan purnama bukan hanya menjadi salah satu fenomena alam yang menakjubkan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Hindu. Hari Suci Bulan Purnama atau Purnama dianggap sebagai momen sakral yang mengajarkan kebijaksanaan hidup melalui refleksi spiritual dan ritual keagamaan.
Refleksi dan spiritual ini, dilakukan melalui persembahyangan atau bahkan sekadar bermeditasi. Tujuannya adalah Agar Umat Hindu dapat merenung dan menyelaraskan dirinya dengan alam semesta, serta semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Hari Purnama sendiri juga akan dirayakan setiap 30 hari sekali ketika bulan mencapai fase penuh, yang dalam tradisi Hindu disebut sebagai Sukla Paksa. Istilah “purnama” sendiri berasal dari kata “purna,” yang bermakna sempurna. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), purnama diartikan sebagai bulan yang berbentuk bulat sempurna.
Pada saat Purnama, pemujaan dilakukan kepada Sang Hyang Candra dan Sang Hyang Ketu, yang dipandang sebagai dewa yang melambangkan kecemerlangan. Melalui pemujaan ini, umat Hindu memohon keberkahan, kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diwujudkan dalam berbagai bentuk Ista Dewata.
Purnama selalu berkaitan erat dengan perayaan yang berlangsung 15 hari kemudian, yaitu hari Tilem. Pergantian antara Purnama dan Tilem menggambarkan harmoni serta keseimbangan, sebagai bentuk penghormatan terhadap konsep dualitas dalam ajaran Hindu yang disebut Sang Hyang Rwa Bhineda, yakni Sang Hyang Surya dan Chandra.
Baca juga: Warga Denpasar peringati Saraswati
Lalu, apakah terdapat makna mendalam yang terkandung dalam perayaan dan arti Purnama bagi umat Hindu? Simak penjelasan berikut ini, melansir dari berbagai sumber.
Makna dan hikmah Hari Suci Purnama
Pada hari Purnama, umat Hindu melaksanakan persembahyangan sebagai wujud yadnya, memohon kepada Tuhan dalam bentuknya sebagai Sang Hyang Chandra, Tuhan menjalani yoga atau semedi pada hari Purnama.
Sebagai bagian dari penghormatan tersebut, umat Hindu merayakan momen ini dengan makna untuk menyucikan diri agar segala kotoran dosa (mala) yang diperbuat selama hidup dapat dilebur, sehingga hikmah yang di dapat dalam perayaan ini, jiwa menjadi bersih kembali, secara lahir dan batin.
Kebersihan lahir dan batin merupakan salah satu bentuk dari keimanan. Kebersihan baik tubuh maupun jiwa sangat penting, karena tubuh yang bersih tidak akan tercemar, sementara jiwa yang bersih akan menghasilkan pikiran yang jernih, yang pada gilirannya mendorong perkataan dan perbuatan yang baik.
Perbuatan baik ini tentunya akan mendatangkan ganjaran yang baik juga . Selain itu, kebersihan hati juga sangat fundamental, terutama saat memohon berkah dan anugerah dari Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa).
Baca juga: Umat Hindu di Eropa rayakan Galungan dan Kuningan di Belanda
Baca juga: Umat hindu peringati hari suci Kuningan
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024