Kata sunnah sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “kebiasaan” atau “sesuatu yang biasa dilakukan.” Dalam konteks Islam, sunnah menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Quran.
Sunnah mencakup segala bentuk perkataan, perbuatan, sikap, hingga pola hidup Rasulullah SAW yang dianjurkan untuk diteladani oleh umat Islam. Salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan adalah puasa Syawal.
Puasa ini memiliki keutamaan besar karena siapa pun yang menjalankannya akan mendapatkan pahala seperti berpuasa selama setahun penuh. Puasa Syawal biasanya dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri, dimulai dari tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal.
Bagi yang belum memahami lebih lanjut tentang puasa Syawal dan bagaimana niatnya, berikut adalah penjelasan lengkapnya, melansir berbagai sumber.
Baca juga: Tradisi Pukul Manyapu cara warga Maluku Tengah sambut 7 Syawal
Pengertian puasa Syawal
Puasa Syawal merupakan salah satu ibadah puasa sunnah yang dianjurkan dalam Islam. Meskipun begitu, Allah SWT tidak mewajibkan umat Muslim untuk melaksanakannya. Ibadah ini bersifat sukarela, sehingga setiap Muslim dapat menjalankannya sesuai dengan keinginan dan keikhlasan hati.
Puasa Syawal biasanya dilakukan setelah menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan selama sebulan penuh. Puasa ini dapat dikerjakan selama enam hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri, tetapi juga diperbolehkan untuk dilakukan secara tidak berurutan.
Adapun batas waktu pelaksanaan puasa Syawal adalah hingga akhir bulan Syawal, yakni sampai tanggal 30 Syawal. Keutamaan dari puasa ini sangat besar, di mana setiap Muslim yang menjalankannya akan memperoleh pahala seperti berpuasa selama setahun penuh.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Man shaama ramadhaana tsumma atba’ahu sittan min syawwaalin kaana kashiyaamid-dahr.
Artinya: “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim).
Oleh karena itu, banyak umat Muslim yang melaksanakan puasa Syawal setelah Idul Fitri, tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur atas kemenangan, tetapi juga untuk meraih pahala yang luar biasa dari Allah SWT.
Baca juga: PBNU prediksi kemungkinan 1 Syawal 1446 H bersamaan
Niat puasa Syawal
Pelaksanaan niat puasa Syawal memiliki perbedaan dengan puasa wajib. Salah satu perbedaan-nya adalah dalam hal waktu membaca niat, yang bisa dilakukan pada malam hari sebelum berpuasa atau di pagi hari sebelum waktu Zuhur, selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum.
Secara umum, niat puasa Syawal dapat dibaca dalam dua waktu, yaitu saat malam sebelum berpuasa dan pada pagi hari sebelum Zuhur. Hal ini berbeda dengan puasa wajib, yang mengharuskan niat dibaca pada malam hari sebelum fajar. Berikut adalah lafaz niat puasa Syawal:
1. Niat puasa Syawal pada malam hari
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah.”
2. Niat puasa Syawal pada pagi hari sebelum Zuhur
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah.”
Dengan memahami perbedaan waktu niat ini, umat Muslim dapat menjalankan puasa Syawal dengan lebih fleksibel sesuai dengan keadaan dan kesiapan masing-masing.
Baca juga: Kemenparekraf: Perlu komitmen pelaku usaha untuk wisata halal
Baca juga: WNI dan warga asing Shalat Idul Fitri bersama di KBRI Kuala Lumpur
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025